Ketika Cinta Berbuah Surga 2

udah lama saya ga update kisah ini hehe habis males ngetik sih, untung sekarang lagi mau yuu kita lanjut, kali ini saya posting tentang kelanjutan dari kisah ketika cinta berbuah surga yang dulu pernah saya posting tap baru setengah hehe dan sekarang di lanjutin sampai selesai,, pada nunggu yah okk langsung aja ,,
kalau sobat belum baca yang awalnya silahkan klik disini !

******

                Selesai shalat, said datang dan menyapa, “kawan, kenalkan namaku said. Kalau boleh tau, namamu siapa? Kau tadi shalat apa?”
                “Namaku Abdullah. Tadi itu shalat dhuha.”
                Lalu, said meminta anak itu agar bersedia bermain dengannya, dan menjadi temannya.
                Namun, Abdullah menjawab, “kukira kita tidak cocok menjadi teman. Kau anak seorang kaya, malah mungkin anak bangsawan. Sedangkan aku, anak miskin. Anak seorang pencari kayu bakar.”
                Said menyahut, “tidak baik kau mengatakan begitu. Mengapa kau mebeda bedakan orang? Kita semua adalah hamba allah. Semuanya sama, hanya takwa yang membuat orang mulia disisi allah. Apa aku kelihatan sperti anak yang jahat sehingga kau tidak mau berteman denganku? Mengapa tidak kia coba beberapa waktu dulu? Kau nanti bisa menilai, apaah aku cocok atau tidak menjad temanmu.”
                “Baiklah kalau begitu, kia berteman. Akan tetapi, dengan syarat,  hak dan kewajiban kita sama, sebagai teman yang seia-sekata.”
                Said menyepakati syarat yang diajukan oleh anak pecari kayu itu. Sejak hari itu, mereka bermain bersama, pergi ke hutan bersama, memancing bersama dan berburu keinci bersama. Anak tukang kayu itu menajarinya berenang di sungai, menggunakan panah, dan memanjat pohon di hutan. Said sangat gembira sekali berteman dengan anak yang cerdas, rendah hati, lapang dada, dan setia. Akhirnya, dia kembali ke istana dengan hat yang gembira.
                Hari berikutnya, anak raja itu berjumpa lagi dengan teman barunya. Anak pencari kayu itu langsung mengajaknya makan di gubuknya, Dalam hati, said merasa kalah, sebab sebelum dia mengundang datang, dia telah di undang makan.
                Di dalam gubuk itu, mereka makan seadanya. Sepotong roti, garam, dan air putih. Namun, said makan dengan sangat lahap. Ingin sekali dia minta tambah kalau tidak mengingat, siapa tau anak pencari kayuini sedang mengujinya. Oleh karena itu, said merasa cukup dengan apa yang diberikan kepadanya.
                Selesai makan, said mengucapkan hamdalah dan tersenyum. Setelah itu, ereka kembali bermain. Said banyak menemukan hal hal baru di hutan, yang tidak dia dapatkan didalam istana. Oleh temannya itu, dia diajari untuk mengenali dan membedakan jenis dedaunan dan buah bauahan di hutan; antara daun dan buah yang bisa di makan, yang bisa di jadikan obat, serta yang beracun.
                “Dengan mengenal jenis buah dan dedaunan di hutan secara baik, kita tidak akan repot jika suatu kali tersesat. Persedian makanan ada di sekitar kita. Inilah keagungan allah!” kata anak pencari kayu.
                Seketika itu, said tahu bahwa ilmu tidak hanya dia dapat dari madrasah seperti yang ada di ibukota kerajaan. Imu ada dimana mana. Bahkan, di hutan sekalipun. Hari itu, said banyak mendapatkan pengalaman berharga.
                Ketika matahari sudah condong ke barat, said berpamitan kepada sahabatnya itu untuk pulang. Tidak lupa, said mengundangnya makan dirumahya besok pagi. Lalu, dia memberikan secarik kertas pada temannya itu.
                “Pergilah ke ibukota, berikan kertas ini kepada tentara yang kau temui di sana. Dia akan mengantarkanmu ke rumahku ,” kata said sambil tersenyum.
                                “insya allah aku akan datang,”  jawab anak pencari kayu itu.
                                                                                                ****
Pagi harinya, anak pencari kayu itu sampai juga ke istana. Dia sama sekali tidak menyangka kalau said adalah anak raja. Mulanya, dia ragu untuk masuk ke istana. Akan tetapi, jika mengingat kebaikan dan kerendahan hati said selama ini, dia berani masuk juga.
                Said menyambutnya dengan hangat dan senyum gembira. Seperti anak anak sebelumnya yang telah hadir di ruang makan itu, said pun menguji temanya ini. Dia membiarkannya menunggu lama sekali. Namun, anak pencari kayu bakar itu sudah terbiasa lapar. Bahkan, dia tidak pernah makan selama tiga hari. Atau, terkadang makan daun daunan mentah saja. Selama menunggu, dia tidak memikirkan makanan sama sekali. Dia hanya berfikir, seandainya semua anak bangsawan bisa sebaik anak raja ini, tentu dunia akan tentram.
                Selama ini, dia mendengar bahwa anak anak pembesar kerajaan,senang hura hura. Namun, dia menemukan seorang anak raja yang santun dan shaleh.
                Akhirnya, tiga butir telur masak pun dihidangkan. Said mempersilahkan temannya untuk mulai makan. Anak pencari  kayu bakar itu mengambil satu. Lalu, dia mengupas kulitnya pelan pelan. Sementara itu, said mengupas dengan cepat dan menyantapnya. Kemudian, dengan sengaja said mengambil telur yang ke tiga. Dia mengupasnya dengan cepat, dan melahapnya. Temanya selesai mengupas telur. Said ingin melihat apa yang akan dilakukan temannya dengan sebutir telur itu, apakah akan dimakan sendiri atau … ?
                Anak miskin itu mengambil pisau yang ada di dekat situ. Lalu, dia membelah teur itu jadi dua; yang satu di pegang dan yang satunya lagi, dia berikan kepada said. Tidak ayal lagi, said menangis terharu.
                Lalu, said pun memeluk anak pencari kayu bakar itu erat erat seraya berkata,”enkau teman sejatiku! Engkau teman sejatiku! Engkau temanku masuk surge.
                Sejak itu, keduanya berteman dan bersahabat denganakrab. Persahabatan mereka melebihi saudara kandung. Mereka saling mencintai dan saling menghormati karena allah swt.
                Karena kekuatan cinta itu, mereka bahkan sempat bertahun taun mengembara bersama untuk belajar dan berguru kepada para ulama yang tersebar di turkey, syiria, irak, mesir, dan yaman.
                Setelah berganti bulan dan tahun, akhirnya keduanya tumbuh dewasa. Raja yang adil; ayah said, meninggal dunia. Akhirnya, said di angkat menjadi raja untuk menggantikan ayahnya. Menteri yang pertamakali dia pilih adalah Abdullah, anak pencari ayu itu. Abdullah pun benar benar menjadi teman seperjuangan dan penasiat raja  yang tiada duanya.
                Meskipun telah menjadi raja dan menteri, keduanya masih sering melakukan salat tahjud dan membaca al-Qur’an bersama. Kecerdasan dan kematangan jiwa keduanya mampu membawa kerajaan itu maju, makmur, dan jaya; baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.

Wwaah terharu banget sob bener bener luar biasa ..

Semoga Bermanfaat dan berguna ..       

Rating: 4.5

2 comments:

No Verification code, link aktif dan spam akan saya hapus.