Pages - Menu

Monday, August 13, 2012

Bau Rumput Bisa Hilangkan Stress



silahkan sobat baca baca dulu tentang info yang satu ini, ya ntar kalau stress ga ada salahnya khan di coba hehe ini bneran lho Rumput segar yang baru dipotong melepaskan senyawa kimia yang bila terhirup akan membuat rileks dan gembira. Itulah sebabnya, mencium aroma rumput dan tumbuhan ketika sedang berjalan di taman atau pegunungan akan membuat kita merasa nyaman.





Hal ini diungkapkan oleh para peneliti dari University of Queensland, Brisbane, Australia. Senyawa kimia yang terkandung dalam aroma rumput selain bisa meredakan ketegangan juga berfungsi mencegah penurunan kemampuan mental pada saat usia lanjut.

Ilmuwan mengklaim bahwa aroma yang dilepaskan rumput bekerja langsung pada otak. Terutama mempengaruhi bagian otak bernama amygdala dan hippocampus yang berhubungan dengan emosi dan daya ingat.

"Kedua area ini bertanggung jawab dalam respons pertahanan dan sistem endokrin, yang mengontrol pelepasan hormon stres seperti corticosteroid," kata Dr Nick Lavidis, seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (3/9/2009).

Oleh karenanya, penelitian yang memakan waktu hingga tujuh tahun ini kemudian menciptakan parfum dengan aroma rumput yang baru dipangkas untuk membantu melepaskan stres dan meningkatkan daya ingat.

Lavidis kemudian menjelaskan bahwa stres terbagi dalam dua kategori. Pertama, stres ketika seseorang akan  melakukan sesuatu atau saat seseorang harus berusaha sebaik mungkin demi mendapatkan hasil terbaik. Namun menurut Lavidis, stres ini disebut sebagai bentuk stres yang baik.

Sementara stres kategori kedua merupakan stres parah yang bisa memicu tingginya tekanan darah, sifat pelupa, dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.

"Stres jenis ini bisa merusak hippocampus dengan mengurangi hubungan antara sel-sel yang berkomunikasi sehingga berdampak pada hilangnya ingatan," kata Lavidis.

Untuk itu, Lavidis menyarankan agar orang yang terkena stres ini menghirup senyawa kimia yang dilepaskan oleh rumput segar atau pepohonan yang rindang.

hihihi bagi yang stress banyak banyak cium rumput yah .. wkwkwkwk






Rating: 3.5

Saturday, August 11, 2012

Planet Baru Gliese Dipastikan Layak Huni



Gliese 581d mengorbit di zona Goldilocks (kawasan di mana kehidupan dimungkinkan terbentuk) milik bintang Gliese 581. Seperti diketahui, di Goldilocks zone, temperatur tidak terlalu panas sehingga menyebabkan air mendidih ataupun tidak terlalu dingin hingga membuatnya membeku namun berada di suhu yang tepat agar air tetap dalam bentuk cair.
“Dengan atmosfir yang padat akan karbon dioksida, yang merupakan skenario paling memungkinkan untuk planet berukuran raksasa, iklim di Gliese 581d stabil dan cukup hangat untuk memiliki samudera, awan, dan curah hujan,” kata peneliti National Centre for Scientific Research (CNRS).

Dikutip dari Daily Galaxy, 19 Mei 2011, menurut penelitian yang dipublikasikan di Astrophysical Journal Letters, Gliese 581d memiliki massa setidaknya 7 kali lipat dibanding Bumi berukuran sekitar 2 kali lipat planet Bumi.

Sebelum ini, perhatian astronom justru fokus ke saudaranya, yakni planet Gliese 581g, setelah diketahui bahwa planet tersebut memiliki massa serupa dengan massa Bumi dan juga berada di dekat zona Goldilocks.

Pertamakali ditemukan pada tahun 2007, Gliese 581d awalnya tidak masuk kandidat sebagai tempat untuk mencari kehidupan di luar Bumi. Salah satu alasannya adalah ia hanya mendapat sepertiga radiasi Matahari seperti yang didapat Bumi dan kemungkinan ‘tidally locked’ atau hanya satu sisi yang selalu menghadap mataharinya dan punya siang dan malam hari permanen.

Akan tetapi, pemodelan terbaru yang dibuat oleh Robin Wordsworth, Francois Forget, dan rekan-rekan ilmuwan CNRS lainnya menunjukkan hasil yang mengejutkan. Atmosfir planet itu mampu menyimpan panas berkat padatnya gas CO2 dan dihangatkan oleh cahaya dari bintangnya.





“Secara keseluruhan, temperatur di sana memungkinkan air cair hadir di permukaan planet itu,” kata peneliti. “Massa planet yang besar juga berarti gravitasi di permukaannya kurang lebih dua kali lipat dibanding gravitasi Bumi,” ucapnya.

Akan tetapi, tidak begitu saja peneliti bisa mengirimkan astronot ke planet itu. Dari Bumi, pesawat ruang angkasa yang mampu terbang dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya membutuhkan waktu lebih dari 20 tahun untuk tiba di sana. Sayangnya, teknologi roket yang sudah dimiliki umat manusia saat ini baru bisa mengantarkan kita ke Gliese 581d dalam waktu 300 ribu tahun.


Rating: 3.5

Tuesday, August 7, 2012

Contoh CD Tipografi Ramadhan

Bingung cari kesana kemari tentang tipografi ? kesini aja, nih saya beri contoh sebuah CD tipografi yang bertemakan bulan ramadhan




Rating: 3.5

Wednesday, August 1, 2012

Antara Narkoba, HIV AIDS, dan Kita Semua


SAY NO TO DRuGs AND AIDS
Saat ini di kawasan Asia, diperkirakan 4,9 juta orang hidup dengan HIV/AIDS termasuk 440.000 kasus baru pada tahun lalu. Sekitar 300.000 orang meninggal akibat berbagai penyakit terkait AIDS. Asia Tenggara sendiri memiliki tingkat prevalensi tertinggi di Asia dengan luas wilayah endemis bervariasi antarnegara.

Ketika epidemi di Kamboja, Myanmar, dan Thailand menunjukkan penurunan prevalensi HIV, di Indonesia dan Vietnam justru meningkat pesat. Mayoritas kasus infeksi baru di Indonesia dan Vietnam disebabkan pemakaian narkotika, psikotropika, dan zat-zat adiktif lainnya (napza), terutama penggunaan jarum suntik injecting drug use (IDU), dan hubungan seks tidak aman.

Dalam sepuluh tahun terakhir, peningkatan kasus HIV di Indonesia sungguh mencengangkan. Jika tahun 1998 jumlah kumulatif kasus HIV baru 591 orang, pada September 2007 jumlahnya telah mencapai 5.904 orang. Sejak Januari hingga September 2007 saja, jumlah kasus infeksi baru HIV mencapai 674 orang.

Kondisi ini seiring dengan laju epidemi AIDS. Jika tahun 1998 jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan 258 orang, pada September 2007 jumlahnya telah meningkat jadi 10.384 orang dengan prevalensi 4,57 persen. Cara penularan kasus AIDS melalui IDU 49,5 persen dan hubungan seks tidak aman 46 persen.

Sejauh ini, epidemi HIV/AIDS telah bergeser dari hubungan seks tidak aman ke pemakaian napza (populer dengan sebutan narkoba) dengan jarum suntik. Peningkatan kasus penularan virus itu melalui narkoba suntik mulai terlihat sejak tahun 1999.

Departemen Kesehatan menyebutkan, jumlah pengguna narkoba suntik di Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan 190.000 hingga 247.000 orang. Sementara estimasi prevalensi HIV pada pengguna narkoba suntik mencapai 41,6 persen dan ditemukan di tiap provinsi. Secara nasional, dari kasus AIDS yang terlaporkan secara kumulatif, 49,5 persen di antaranya adalah pengguna narkoba suntik.

Bahkan, di wilayah Provinsi DKI Jakarta, 72 persen dari total jumlah kumulatif kasus AIDS adalah pengguna narkoba suntik. “Usia pengguna napza suntik cenderung makin muda sehingga mereka akan terinfeksi HIV lebih awal dan sulit dijangkau,” kata Nafsiah Mboi, Sekretaris Komisi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS.

Para pengguna narkoba suntik di lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan (rutan) juga meningkat pesat serta rata-rata 20 persen terinfeksi HIV. Akibatnya, angka kematian penghuni lapas atau rutan pada tahun 2005 meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Para pengguna narkoba suntik yang terinfeksi HIV di lapas atau rutan selama ini kesulitan mengakses pelayanan kesehatan. Tingginya angka terinfeksi HIV di kalangan pengguna narkoba terutama disebabkan perilaku mereka amat beresiko. Salah satunya masih
meluasnya praktik berbagi jarum suntik di kalangan IDU. Di Indonesia, yang populer dikonsumsi adalah narkoba suntikan berupa heroin atau putau. Konon karena efeknya lebih cepat dan murah dibandingkan dengan yang nonsuntikan.

Di sisi lain, pengetahuan pentingnya sterilisasi jarum suntik sangat rendah. Menurut penelitian Budi Utomo, Guru Besar dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), di kalangan remaja pengguna narkoba suntik umumnya satu jarum suntik dipakai dua sampai 18 orang. Bahkan, 62 persen di antaranya memakai ulang jarum tersebut. Cara membersihkan jarum, 65 persen memakai air biasa, 31 persen air panas. Sangat sedikit yang mensterilkan dengan merebus.

Hasil penelitian lain yang dilakukan I Made Setiawan dan timnya di Bali (1998) menyebutkan, 26,5 persen dari pengguna narkoba suntik itu memiliki lebih dari satu pasangan seksual aktif, 26,5 persen lainnya pernah menggunakan jasa pekerja seksual, serta 17,6 persen berhubungan intim dengan orang asing. Akan tetapi, cuma satu orang yang konsisten memakai kondom.

Hal ini membuat kelompok pengguna narkoba suntik menempati posisi amat penting dalam mata rantai penyebaran HIV/AIDS. Menurut Zubairi Djoerban, Guru Besar dari FKUI RSCM yang bergerak di bidang penanggulangan HIV/AIDS, mereka rentan tertular akibat praktik berbagi
jarum suntik. Kemudian, mereka berpeluang besar menularkannya ke kalangan non-pengguna narkoba suntik, istri mereka, anak dan pasangan seksual mereka.

Realisasinya tentu butuh komitmen kuat dari pemerintah dan pemangku kepentingan dalam penanggulangan HIV/AIDS di kalangan pengguna narkoba suntikan. Untuk itu, kita bisa belajar dari negara-negara tetangga seperti Kamboja, khususnya menyangkut bagaimana upaya pencegahan yang terfokus dan berkelanjutan dapat menekan perkembangan epidemic HIV.


Sumber: Kompas




Rating: 3.5